Ini hanya suatu sembahyang, tak lebih dan tak kurang. Sepenuh-penuhnya kutumpahkan kepada Allah, langsung kepada-Nya maupun melewati engkau dan semua saudara-saudara kita. Aku menyaring seluruh yang pernah kuungkapkan, membawanya ke dalam sautu sikap sembahyang, yakni buku "99 Untuk Tuhanku" ini. Selebihnya, biarlah menjadi masa silam.
Budaya tanding tak bisa tak ada, dalam dimensi yang manapun dari hidup ini. Konflik diperlukan untuk mementaskan sejarah dari kehidupan. Bahkan untuk supaya alam ini barnama alam. ... Kita lebih memilih ketaatan dibanding kemerdekaan, padahal mestinya pendidikan atas generasi muda adalah ‘bermain’ di antara keduanya. Kita lebih memilih ketertiban dibanding kreatifitas, atau pembakuan diband…
Suluk Pesisiran adalah sebuah karya (terjemahan) yang memperlihatkan ketekunan dan kepiawaian puitisasi Cak Nun dalam menggeluti bidang langka dan pelik—sastra sufi atau sastra suluk. Sastra jenis ini berbentuk tembang macapat, berisi wejangan perihal mistik atau tasawuf.
Setiap orang pasti memilih pemimpin yang bisa dipercaya. Namun, percaya membabi buta kepada pemimpin tersebut justru bisa menjadi persoalan. Berprasangka baik memang perbuatan yang dianjurkan. Namun, selalu berprasangka baik tanpa sedikit pun meletakkan sikap kritis malah membahayakan. Melalui Pemimpin yang "Tuhan", Cak Nun mengajak pembacanya untuk mawas diri. Tidak hanya kepada pemimpin yang …
Buku ini merupakan kelanjutan dari Markesot Bertutur. Pertama kali diterbitkan Ikapi, Jakarta, tahun 1994. Cak Nun masih konsisten mengambil karakter Markesot sebagai individu yang menjelaskan realitas sosial dalam konteks apa pun. Pada bagian kedua Markesot, pembaca akan disuguhkan hakikat kehidupan tapi, sebagaimana laiknya gaya kepenulisan Cak Nun, tak kering humor.
Semua tulisan yang dibukukan di sini sesungguhnya telah disiarkan di Tabloid DeTik. Cak Nun banyak mengulas persoalan sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang terikat oleh kepentingan politik. Tokoh Togog dalam tiap tulisan di buku ini dipilih Cak Nun sebagai personifikasi tokoh pewayangan yang tak jemu-jemunya melontarkan kritik. Lontaran kritikan itu merupakan bukti keberpihakan Cak Nun kepada ra…
Di negeri kami ini, umatmu berjumlah terbanyak dari penduduknya. Di negeri ini, kami punya Muhammadiyah, punya NU, Persis, punya ulama-ulama dan MUI, ICMI, punya bank, punya HMI, PMII, IMM, Anshor, Pemuda Muhammadiyah, IPM, PII, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, kelompok-kelompok studi Islam intensif, yayasan-yayasan, mubalig-mubalig, budayawan, seniman, cendekiawan, dan apa saja. Yang tak …
Melalui buku ini, Emha Ainun Nadjib, menguliti dalam-dalam perkara kemusliman "birokrasi". Ketaatan yang penuh rasa "takut pada atasan", bukan kecintaan dan pengabdian pada Tuhan. Semua kemudian berputar pada surga dan neraka, halal dan haram, pahala dan dosa. Detil-detil ritual yang malah memicu perbedaan pendapat antarumat, serta dengan gampang mengkafirkan orang lain. Dalam kegelisahannya, E…